Sabtu, 10 April 2010

Artikel tentang Anemia

Saat Anemia Mengintai Wanita

Ditulis oleh didinkaemMonday, 11 December 2006

Apakah anda pernah memerhatikan iklan-iklan komersial tentang anemia? Hampir setiap iklan memperlihatkan wanita bermuka pucat, tampak lesu, dan kurang bergairah. Dipilihnya wanita sebagai bintang iklan obat anemia bukan tanpa alasan. Iklan tersebut ingin mengangkat fakta bahwa kaum wanita lebih sering mengalami anemia.

ANEMIA terjadi ketika kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal. Batas kadar normal untuk wanita sekira 12 gr persen dan pria 14 gr%. Hemoglobin terdapat dalam sel darah merah dan bertugas membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh. Oleh karena itu, berkurangnya hemoglobin akan mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen. Tidak terpenuhinya kebutuhan oksigen menimbulkan gejala-gejala seperti lesu, mudah letih, kulit pucat, pusing, bahkan sakit kepala.

Karena hemoblogin terdapat dalam sel darah merah, setiap gangguan pembentukan sel darah merah, baik ukuran maupun jumlahnya, dapat menyebabkan terjadinya anemia. Gangguan tersebut dapat terjadi di “pabrik” pembuatan sel darah merah (sumsum tulang) maupun gangguan karena kekurangan komponen penting seperti zat besi, asam folat, maupun vitamin B12. Anemia yang paling banyak terjadi (terutama pada wanita) adalah anemia akibat kekurangan zat besi. Sedangkan anemia-anemia lainnya (anemia karena kekurangan asam folat, vitamin B12, atau karena keganasan) terjadi pada wanita maupun pria dengan proporsi yang kurang lebih sama.

Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin. Oleh sebab itu, ketika tubuh kekurangan zat besi, produksi hemoglobin pun akan menurun. Meskipun demikian, penurunan hemoglobin sebetulnya baru akan terjadi jika cadangan zat besi (Fe) dalam tubuh sudah benar-benar habis. Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa disebabkan banyak hal. Kekurangan zat besi pada bayi mungkin disebabkan prematuritas, atau bayi tersebut lahir dari seorang ibu yang menderita kekurangan zat besi. Pada anak-anak, mungkin disebabkan oleh asupan makanan yang kurang mengandung zat besi. Sedangkan pada orang dewasa kekurangan zat besi pada prinsipnya hampir selalu disebabkan oleh perdarahan menahun atau berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh.
Perempuan lebih berisiko

Faktor risiko terjadinya anemia kekurangan zat besi memang lebih banyak pada perempuan dibandingkan dengan kaum pria. Cadangan besi dalam tubuh perempuan lebih sedikit daripada pria, sedangkan kebutuhan per harinya justru lebih tinggi. Setiap harinya seorang wanita akan kehilangan sekira 1-2 mg zat besi melalui ekskresi secara normal. Pada saat haid, kehilangan zat besi bisa bertambah hingga 1 mg lagi.

Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat saat hamil dan melahirkan. Ketika hamil, seorang ibu tidak saja dituntut memenuhi kebutuhan zat besi untuk dirinya, tetapi juga harus memenuhi kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janinnya. Selain itu, perdarahan saat melahirkan juga dapat menyebabkan seorang ibu kehilangan lebih banyak lagi zat besi. Karena alasan tersebut, setiap ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi suplemen zat besi.

Faktor lain yang menyebabkan wanita rentan mengalami anemia adalah pola makan. Dengan alasan takut gemuk, terkadang wanita melakukan diet secara membabi buta. Para wanita cenderung makan dalam jumlah yang kurang dan tidak mau mengonsumsi daging. Tanpa disadari, diet yang belum tentu membuat berat badan turun itu justru dapat menyebabkan kurangnya asupan zat besi dari makanan.

Mencegah anemia kekurangan zat besi tentunya harus dilakukan dengan mencukupi kebutuhannya. Sudah sejak lama Pierre Blaud (1831) menemukan bahwa FeSO4 dan K2CO3 dapat memperbaiki anemia akibat kekurangan zat besi. Tetapi sebenarnya berabad-abad sebelum Masehi, bangsa Yunani dan India telah menggunakan bahan-bahan yang mengandung zat besi untuk mendapatkan tentara yang kuat. Caranya, mereka merendam pedang-pedang tua dan meminum airnya.

Untunglah saat ini kita tidak perlu meminum air rendaman besi tua untuk memenuhi kebutuhan zat besi. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memerhatikan asupan makanan. Sedapat mungkin cukupilah kebutuhan zat besi dari sumber alami. Beberapa makanan seperti hati, jantung, kuning telur, kerang, ragi, kacang-kacangan, dan buah-buahan kering tertentu mengandung zat besi dalam kadar cukup tinggi. Zat besi dalam jumlah sedang bisa diperoleh dari daging, ikan, unggas, sayuran berwarna hijau dan biji-bijian.
Sumber zat besi dari hewani akan diserap lebih baik oleh tubuh daripada yang berasal dari nabati. Penyerapan zat besi dapat dibantu dengan mengonsumsi vitamin C, misalnya meminum jus jeruk, jus tomat, jus stroberi, buah-buahan, dan sayuran lainnya. Sebaliknya, tanin yang terdapat dalam teh dan kopi dapat menghambat penyerapannya.

Dalam beberapa kasus, penanganan anemia kekurangan zat besi mungkin memerlukan suplemen zat besi (tablet Fe). Namun, konsumsi suplemen zat besi sebaiknya dilakukan secara hati-hati. Harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan, karena asupan zat besi secara berlebihan pun tidak baik, bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Saat meminum suplemen zat besi, kadang timbul mual, nyeri lambung, konstipasi, maupun diare sebagai efek sampingnya. Keluhan-keluhan tersebut biasanya ringan. Untuk mengatasinya mulailah dengan setengah dosis, kemudian tingkatkan secara perlahan-lahan sampai mencapai dosis yang dianjurkan. Sebaiknya suplemen zat besi dikonsumsi saat makan. Tidak disarankan meminum antasida untuk mengurangi keluhan mual dan nyeri lambung yang timbul, karena antasida akan menghambat penyerapan zat besi.

Kalsium vs Fe

Salah satu tren wanita saat ini adalah mengonsumsi suplemen kalsium atau susu tinggi kalsium maupun berbagai makanan yang ditambahkan kalsium. Sayangnya, penyerapan zat besi akan terganggu jika dikonsumsi bersamaan dengan kalsium. Oleh karena itu, disarankan kedua suplemen tersebut dikonsumsi dengan jarak waktu sekira 1,5 – 2 jam. Hindari pula meminum suplemen zat besi dengan sumber kalsium, misalnya yoghurt dan susu.
Jika Anda meminum multivitamin, perlu dicermati apakah di dalamnya terkandung zat besi dan kalsium. Mungkin kita tidak akan mendapatkan zat besi dalam jumlah yang diharapkan dengan mengonsumsi multivitamin tersebut. Agar lebih aman dan tidak membingungkan, sebelum mengonsumsi suplemen yang mengandung zat besi ataupun kalsium sebaiknya berkonsultasilah terlebih dahulu dengan dokter.
Konsultasi dengan dokter akan membantu Anda memahami bahwa anemia hanyalah sebuah gejala dan menemukan penyebabnya adalah langkah penting dalam penanganan anemia.

Misalnya, pada penderita anemia kekurangan zat besi perlu dicari sumber-sumber perdarahan, mulai dari saluran cerna hingga saluran genital. Dengan demikian, diharapkan penatalaksanaan anemia akan lebih komprehensif dan tepat sasaran. (Pikiran Rakyat — Ginna Megawati, dokter, bertugas di RSU Pindad Bandung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar