Minggu, 11 April 2010

Ibu Menyusui Jarang Terkena Kanker Payudara

Ibu Menyusui Jarang Terkena Kanker Payudara

BANDUNG — Selain baik bagi kecerdasan otak anak, menyusui juga dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara bagi sang ibu, kata dr Dradjat R Suardi, spesialis kanker payudara.

“Ibu menyusui dapat mengurangi risiko tekena kanker payudara sebesar 10-15 persen,” katanya pada peresmian Yayasan Kanker Payudara Jawa Barat di Bandung.

“Pupuk” kanker adalah hormon estrogen dalam tubuh. Ketika masa hamil dan menyusui, muncul hormon progesterone. Hormon ini kemudian meningkat dan melakukan proteksi, sehingga hormon estrogen tidak lagi dominan,katanya.

Ia menjelaskan, jika sang ibu menyusui setelah melahirkan, maka terdapat jangka waktu 27 bulan bagi sang ibu dimana hormon estrogen tidak dominan dalam tubuh. Dikatakannya, bahwa dalam jangka waktu tersebut, risiko ibu terkena kanker payudara berkurang.

Meskipun pupuk kanker berasal dari hormon estrogen, tidak berarti kaum pria terhindar dari risiko kanker payudara.

Dalam tubuh pria juga terdapat hormon estrogen meskipun kadarnya tak sebanyak yang terkandung dalam tubuh wanita. “Laki-laki itu juga punya kelenjar payudara, hanya saja tidak berkembang seperti perempuan,” katanya lagi.

Risiko pria terkena kanker payudara adalah sebesar 1 persen. Gejala-gejala yang timbul pada pria yang terkena kanker ini serupa dengan wanita, seperti munculnya benjolan di payudara dan keluar cairan dari puting.

Umumnya gejala kanker payudara pada pria lebih mudah dikenali dibandingkan dengan wanita. “Kalau ada benjolan pada payudara lelaki akan lebih mudah terlihat, karena payudara mereka tidak berkembang seperti perempuan,” tambahnya.

- ant/ahi ::republika::

Bagaimana kriteria menilai tulisan baik atau buruk?

Bagaimana kriteria menilai tulisan baik atau buruk?
Oleh: ASM Romli

Publikasi 29/01/2003 10:44 WIB
Sumber: www.eramuslim.com
Assalamu'alaikum Wr.Wb

Sebelumnya perkenalkan, saat ini kami memegang amanah sebagai ketua divisi datif yang bertugas untuk mengambil informasi dan menyebarkannya di seluruh mahasiswa di jurusan kami, yaitu Departemen Teknik Kimia ITB. Lembaga da'wahnya bernama GAMISTEK ITB.

Contoh kegiatan kami berupa buletin Al-Iftitah dan mading kampus. Berkaitan dengan tugas kami tersebut, tentunya kami memerlukan bantuan kakak-kakak sekalian di BATIC dalam hal yang berkaitan dengan jurnalistik.
Pertanyaan saya:

1. Kriteria apa sajakah yang dapat menyatakan suatu tulisan itu baik atau buruk?
2. Hal-hal apa sajakah yang diperlukan seseorang untuk menulis?
3. Bagaimana caranya agar membuat orang tertarik untuk ikut dalam suatu kegiatan tertentu, atau tertarik untuk membaca sebuah artikel?
4. Jika kami ingin mengadakan pelatihan jurnalistik, dan kami ingin agar kakak-kakak sekalian yang menjadi instrukturnya, bagaimana prosedurnya?
Atas bantuan kakak-kakak sekalian, kami ucapkan terima kasih.
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Zulfan Adi Putra zulfan169@om


Wa’alaikum salam wr. wb.

1. Tulisan yang baik adalah yang mudah dimengerti, informasi dan pesannya jelas, menggunakan bahasa jurnalistik, menaati kaidah bahasa, bahasannya sistematis, judulnya menarik, dan mengandung kebenaran. Kriteria lainnya, tulisan yang baik adalah yang memenuhi nilai berita (news value), yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Tulisan yang buruk tentu yang memiliki kriteria sebaliknya dari tulisan yang baik tersebut.

2. Hal-hal yang diperlukan seseorang untuk menulis adalah niat, motivasi, ide, referensi bagi pengembangan ide dan penulisannya, mampu berbahasa tulisan dan menguasa bahasa jurnalistik, suka membaca untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan mengasah daya analisis serta menambah referensi. Selain itu, penulis mampu menyesuaikan gaya penulisan dan gaya bahasanya dengan visi, misi, dan karakteristik pembacanya. Selengkapnya tentang hal ini, baca deh buku saya Panduan Menjadi Penulis (BATIC PRESS, 2002) dan buku saya yang terbaru berjudul Jurnalistik Terapan (BATIC-PRESS 2003).

3. Agar orang tertarik untuk ikut dalam suatu kegiatan: gencarkan publikasi atau promosi, beri rangsangan atau motivasi, dan meyakinkan manfaat yang bisa diperolehnya. Agar orang tertarik untuk membaca sebuah artikel, penuhi kriteria tulisan yang baik seperti pada poin 1.

4. Prosedurnya mengundang instruktur dari BATIC mudah saja, kirimkan proposal atau undangan ke BATIC di Jl. Dalemkaum 130-B Bandung, Tlp./Fax. (022) 4263193.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

ASM. Romli

Cerpen Hari Ibu

Hati Ibu - Cerpen Hari Ibu


Aku melangkah tergesa. Tak sabar agar segera sampai di rumah. Dalam benakku tergambar senyum mengambang di bibir Ayah. Membayangkan senyum Ayah kedua kaki jenjangku semakin gesit berloncatan.
“Aku menang lomba menulis cerpen, yah,” ucapku begitu menginjak teras sambil memamerkan piala di tanganku.
Ayah menurunkan koran yang sedang dibacanya lalu menatapku sebentar, setelah itu membaca lagi.
Melihat wajah datar Ayah senyum di bibirku surut. Bergegas aku masuk rumah, menemui ibu.

“Ibu,” panggilku.
Tidak ada jawaban.
“Ibu,” ulangku.
Masih bisu. Kucari ke kamar, tak ada, di dapur aku juga tak menemukan ibu.
Kutinggalkan dapur lalu masuk kamar. Kutaruh piala kuning keemasan itu di atas meja belajarku. Kurebahkan tubuh di kasur sambil memejamkan mata. Tapi baru beberapa menit aku rebahan sepasang telingaku mendengar suara ibu dari luar.

“Dira mau hadiah apa?”
“Dira minta dibelikan sepeda motor,” suara Dira, kakakku.
“Keinginanmu nanti ibu sampaikan pada ayah,” sahut ibu.
“Dengan atau tanpa persetujuan ayah Dira harus punya motor,” Dira ngotot.
Pelan-pelan kuseret langkah ke luar kamar. “Ibu, dari mana?” tanyaku.
“Dari MP. Dira juara satu lomba fashion di Mall Pekanbaru,” kata ibu dengan mata berbinar.
Aku tersenyum sambil menyalami Dira.

“Itu apa?” tanya ibu melihat piala di tanganku.
“Farah juara dua lomba menulis cerpen antar fakultas,” kataku.
Ibu diam.
“Boleh di pajang di lemari depan, Bu?”
Ibu menggeleng, “Disimpan di kamar saja. Lemari depan khusus tempat piala-piala milik Dira,” tegas ibu.
Ada perih di ujung hatiku.

***

Beberapa hari setelah kejadian itu aku membawa satu tas besar pakaian untuk menginap di kost Ummu, teman serujusanku. Jarak kost Ummu hanya beberapa meter dari kampus.
“Sudah bilang sama ibu mau nginap di sini?” tanya Ummu.
Aku menggeleng, “Ibu tidak akan kehilangan meskipun aku mati.”
“Jangan bicara seperti itu.”

“Ibu baru ribut kalau Dira yang hilang.”
“Jangan terus kau pupuk cemburumu.”
“Aku tak akan cemburu andai mereka tak pilih kasih.”
“Mungkin seperti itu cara mereka menyayangi kalian.”
“Entah,” kataku malas.
Aku membalikkan tubuh memunggungi Ummu. Diam-diam kuseka mataku yang basah.

***

Seperti dugaanku ibu tak peduli meski aku tak pulang berhari-hari. Ayah pun tak risau meski anak gadisnya tak memberi kabar.
“Ummu, aku minta izin untuk tinggal di sini satu minggu lagi,” kataku setelah beberapa hari berselang.
“Aku boleh saja. Tapi kau kasih kabar dulu ke ortu,” sahut Ummu.
“Tak perlu, Mu.”

Melihat kerasku Ummu tak bersuara. Aku bertekad akan pulang jika ibu menjemput dan memintaku pulang dengan penuh kelembutan. Seperti yang ibu lakukan beberapa tahun yang lalu terhadap Dira, saat gadis itu ikut kemah bersama organisasi pramukanya di tengah hutan. Saat berhari-hari Dira tak pulang ibu luar biasa panik. Kemudian ibu meminta ayah menyusul Dira. Ketika tiba di rumah Dira disambut bagai ratu, syukuran besar-besaran lagi-lagi digelar karena tak terjadi apa-apa terhadap gadis tinggi semampai itu.
Saat ingatanku menerobos ke masa lalu tiba-tiba handphoneku bergetar, nomor rumah. Aku berharap itu ibu.
“Ibu masuk rumah sakit, Non,” terdengar suara Bik Warsih, pembantu di rumah kami.
“Kapan? Kenapa?” tanyaku bertubi-tubi.

“Sejak dua hari yang lalu…”
“Kenapa saya baru dihubungi sekarang?” potongku.
“Nomor non Farah tidak bisa dihubungi dari kemarin.”
Aku menelan ludah pahit. Menyesal mematikan handpone selama dua hari ini. Begitu sambungan ditutup aku bergegas ke rumah sakit.

Saat tiba di ruangan icu kulihat tubuh ibu dibalut selang infuse. Aku menangis melihat kondisi ibu.
“Ibu sakit apa?” tanyaku pada ayah yang memegangi lengan ibu.
“Dua hari yang lalu kaki ibu terpeleset saat mau ke luar kamar mandi.”
“Lalu…” kejarku tak sabar.

Ayah diam sambil menyeka matanya yang basah. Aku menunggu.
“Kepala ibu pecah, darah menyembur, dokter bilang ibu harus dioperasi. Tetapi sejak dioperasi ibu belum sadar sampai sekarang.”
Aku merinding mendengarnya.

***

Ini sudah memasuki pekan kedua, tapi kondisi ibu tidak ada memperlihatkan perkembangan berarti.
Kugenggam jemari ibu erat-erat. Pelan tangan itu bergerak. Aku tersentak. Kulihat bibir ibu juga bergerak. Seperti mengeluarkan suara meski tak jelas. Kudekatkan telingaku ke bibir ibu.
“Farah,” ucap ibu.

Aku tak yakin pada pendengaranku.
Hening. Aku semakin mendekatkan telingaku, menunggu perempuan itu memanggilku. Tapi mulut itu tak lagi bersuara. Namun rasa gembira tetap menyergapku.
“Dimana Dira dan ayahmu?” ibu bertanya tiba-tiba.
“Mereka di luar, biar…” gegas aku beranjak dari pembaringan ibu.
“Jangan!” cegah ibu.
Aku berbalik.

“Saat ini ibu ingin berdua saja denganmu.”
Aku menoleh. Menduga-duga. Kulihat wanita itu menarik nafas.
“Ibu tahu kau cemburu pada Dira. Ibu tak pernah merayakan apapun saat kau meraih sesuatu.”
Sunyi sesaat.

“Ketahuilah, Nak. Biaya syukuran itu mahal, itulah sebabnya ibu hanya membuatnya untuk Dira,” kata ibu dengan mata bertelaga.
Aku diam saja.
“Jika perhatian ibu lebih besar pada Dira karena menurut ibu Dira tak sekuat kau.”
“Ibu menyayangiku?” tanyaku dengan suara bergetar.
Ibu tak segera menjawab. Pelan wanita itu bangkit seraya memelukku, “Tak ada orang tua yang tak sayang anaknya,” ucap ibu diantara isaknya.

Meski semula enggan, pelan-pelan aku membalas pelukan ibu. Beberapa saat tak ada suara. Kurasakan ibu semakin mempererat pelukannya. Lama. Namun saat aku melerai pelukan, kudapati ibu tak lagi bergerak. Tubuhnya sedingin es.

***

Hari ini 28 Desember. Hari jadi ibu. Gundukan tanah di depanku masih merah. Kuelus nisan ibu. Mengingat saat-saat terakhir bersama ibu setumpuk cemburuku pada Dira lenyap. Pelan kutengadahkan wajah menatap langit, dalam diam aku berdoa agar langit menjaga ibu dari atas, “Selamat ulang tahu, Bu,” bisikku.

* Desi Sommalia Gustina
Mahasiswi UIR, Pekanbaru.

Tabir Senja di Dusun Kecil

Tabir Senja di Dusun Kecil


Kidung bulan di kaki langit
Mengalun tembang mentari
merah saga
Menarik selimut langit kelam
sang kegelapan

Siang meronta, dibalik bayangan
megah kerdip bintang
di atas tanah bulan sabit
desa batang hari

Dusun secuil gambut
senja merona kian menghujam
lenyap dalam cerita
bersama surya
timbul tenggelam

Karya: Muhammad
Siswa SMAN 3 Bengkalis

puisi yang berjudul Sahabat yang Hilang

Sahabat yang Hilang


Ada sahabat yang hilang
Yang sering menjengukku dengan pena-pena tajamnya
Membangunkanku dengan syair-sayir lugunya

Malam tadi mimpiku bertemu mimpinya
Mungkin ia pedih dalam kesendirian
Menyusur gelap tak berbatas
Mengutip sepi tak terperi
Hingga sehelai surat ia selipkan dipejamku

Pagi ini kutemukan penanya tergeletak di pinggir jalan
Menunggu tuan yang siap memungutnya
Akulah dia…

Karya: Sugiarti
Pengelola Bulletin Ar-Royyan UNRI

puisi yang berjudul Sahabat Kecil

Sahabat Kecil


Kala itu kulihat ia duduk termanggu
Sendiri dengan pakaian
bak seorang pangeran kecil
Aku berdiri tegap di depannya dan
membusungkan dada seolah aku
adalah seorang ibu suri
Aku mengacungkan jari telunjukku
yang begitu lentik tepat dihadapannya
Ia menatapku dan mata itu
memancarkan rasa ragu yang teramat besar
Aku tersenyum manis padanya
dan segera menarik tangan mungil itu
untuk berjalan mengikutiku
Sejenak ia tak ingin mengikuti bayang itu
Namun paras ayuku seolah melumpuhkan ia
Hingga hatinya luluh terhadap segala inginku
Kini wajah lugu sang pangeran kecil
tak pernah lagi terlihat olehku
Hanya ia dan segala kedewasaannya
yang selalu mengayomi langkahku
Melindungiku layaknya aku menjaganya sedari dulu
Aku rindu akan kehadirannya di kala itu
Seorang sahabat kecil yang selalu bersamaku
dalam bimbang maupun ragu
————–

Puisi Persahabatan
Ni Veren N
Siswi SMA N 12 Pekanbaru

cerpen remaja yang berjudul First Love Never Die (Kisah Guruku)

First Love Never Die (Kisah Guruku)


cerpen-cinta-pertamaEmbun pagi masih merayapi batang daun yang hijau, matahari bersembunyi di balik awan. Namun aku sudah berdiri menatap langit yang masih putih. Hari ini terasa aneh bagiku, biasanya saat ini aku masih terlelap di atas kasur. Tapi karena mata tak bisa terpejam, memaksaku untuk mencari udara segar, menghilangkan rasa gelisah yang selalu menderaku.

Aku gelisah karena rindu. Rindu akan rumah, rindu pada keluarga di kampung, terutama rindu padanya. Aku kuliah di kota dan meninggalkan mereka di sana. Ingin sekali aku berjumpa dengannya. Dia yang telah mengisi relung hatiku selama tujuh tahun.

Di bawah pohon depan kost aku duduk santai sambil menikmati cuaca dingin di pagi hari. Di mana orang-orang masih enggan melepas mimpi indah, apalagi ini ‘kan baru pukul empat, mana ada yang terjaga sepertiku.

Dengan ditemani cappuccino hangat aku terhanyut dalam khayalan yang berisi kenanganku bersamanya. Orang yang pertama kali singgah di hatiku dan mungkin akan menjadi yang terakhir. Dia dua tahun lebih tua dariku. Kami bertemu saat aku masih duduk di bangku SMP. Kami selalu pulang bareng karena rumah kami berdekatan. Awalnya aku tak ada rasa dengannya, tapi karena kami sering berjumpa di rumah maupun di sekolah membuat rasa ini muncul. Kedekatan kami pun juga karena ayahnya adalah orang bawahan ayahku.

Waktu itu aku masuk ke SMA yang berbeda dengannya, namun setelah tiga bulan, aku tak betah. Kemudian ayahku menyuruh memasukkanku ke sekolah yang sama dengannya. Ia menjadi senang karena kami bisa satu sekolah lagi. Dan kami pun menjadi tambah dekat. Lalu lama-kelamaan hubunganku ini diketahui oleh ayahku. Dia sangat marah. Memang ayah tidak setuju kalau sampai aku menyukainya. Ketika mendengar kabar dari sekolah bahwa kami sering berduaan, ayah lalu menyuruh orang bayaran untuk memberi pelajaran padanya. Tapi hal itu tak membuat ia berhenti menemuiku. Kami pun bertemu secara diam-diam.

Suara gema adzan membawaku kembali ke alam nyata.
Huuh… Aku ingin sekali bertemu dengannya. Tapi kenapa ia tidak datang, padahal ia sudah janji akan datang Sabtu kemarin. Apa yang terjadi dengannya?

***

“Lyza… Lyza!” aku mendengar orang memanggilku.
“Yola…ada apa?” ternyata cewek tambun yang se-kost denganku datang dengan nafas terengah-engah.
“Lyz…eng…itu aku mau bilang..itu…Ibumu sakit!”
“Apa? Masak iya, tahu dari mana?” aku langsung terkejut mendengar Ibuku sakit.
“Dari kampung, ada yang menelponku. Ng…kita ke kampung sekarang!” perintahnya.
“Aneh, kok gak ada yang beritahu aku?”
“Udahlah, pokoknya kita ke kampung sekarang.” Tanpa menunggu jawabanku, Yola langsung menarikku pulang. Lalu kami pun bergegas ke kampung.

***

Setibanya di kampung, aku merasakan suatu keganjilan di rumah pacarku. Kenapa berdiri sebuah tenda biru? Kebetulan aku dan Yola lewat depan rumah pacarku dan melihatnya di depan teras. Sewaktu ia melihatku, ia langsung lari masuk ke dalam rumah. Hatiku bertanya-tanya kenapa ia aneh begitu.
Sebelum tiba di rumah aku bertemu dengan Ibu pacarku di jalan. Aku pun langsung bertanya padanya, ada acara apa di rumahnya. Ibunya langsung menceritakan semuanya dan tanpa disadari aku menangis. Tiba-tiba pacarku datang dari arah belakang. Dia meminta maaf kepadaku, dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dia juga bilang kalau ia sangat mencintaiku. Kemudian di depan kedua orang tuanya kami berpelukan dan sama-sama menangisi akhir dari kisah kami.

Sesampainya di rumah aku langsung marah-marah tak karuan. Kedua orang-tuaku heran melihatku bertingkah aneh seperti itu. Yola lalu memberitahu mereka kejadian yang memang sudah ia ketahui sebelumnya. Orang-tuaku pun menasehatiku untuk mencari pasangan yang lebih sepadan dan lebih setia. Aku sangat tidak bisa menerima keputusannya itu.

Aku kembali lagi ke kota setelah mengetahui ternyata Ibuku baik-baik saja. Semenjak itu aku menjadi bertambah aneh, emosiku sering tak terkendali, setiap melihat sesuatu yang tajam, durian misalnya, ingin sekali kutancapkan ke kepalaku. Teman-temanku pun merasa risih atas sikapku, karena setiap teman laki-laki mereka ke kost aku selalu memarah-marahi mereka tanpa sebab. Pernah teman-temanku mengikatku dengan selimut di kursi karna aku mengamuk dan ingin bunuh diri.

Suatu ketika ada seorang pria yang bekerja di rumah sakit jiwa di sekitar kost, dia teman dari salah satu temanku. Dia melihatku membentak-bentak temanku tanpa alasan, sikapku itu sudah dimaklumi teman-temanku yang lain. Dan ketika aku membanting pintu, ia terkejut dan bertanya ada apa dengan gadis yang menarik perhatiannya.
Setelah mengetahui apa masalahku, ia pun menemuiku. Aku marah dengan kehadirannya yang tanpa izin. Lalu pria itu menyembur mukaku dengan air, dia kira aku kesurupan. Tapi ketika ia salah paham, lantas ia tertawa. Kemudian ia menarik tanganku, mengajakku duduk di teras. Tiba-tiba saja aku mengeluarkan semua masalah yang membebani hatiku dan aku menangis sejadi-jadinya di depan orang yang baru kukenal. Setelah selesai bercerita, ia menyuruhku mandi bersihkan diri lalu mengajakku makan bakso di sekitar situ. Entah mengapa kalau berada di sampingnya hatiku tenang sekali dan kehadirannya itu membuatku melupakan segala masalahku.

Seminggu kemudian di mana aku sudah kembali normal, aku mendapat kabar kalau mantan pacarku akan segera menikah.

“Lho, Lyza kok gak dapat undangannya,” tanyaku pada Yola.
“Dia gak mau ngasih tahu kamu, Lyz. Takutnya kamu ngedrop lagi.” Namun Randi, pria yang minggu lalu menenangkanku malah mengajakku ke sana.
“Gak ah mas, malas bolak-balik ke sana.”
“Kenapa, takut? Katanya gak ada rasa lagi.” Karena itu aku terpaksa pergi pada esoknya ke pesta pernikahannya Dicky.

***

Di pesta pernikahannya itu, aku sudah bisa membiasakan hatiku untuk melepasnya. Saat aku bersalaman dengannya, ia menangis. Lalu ia melihat mas Randi dan menyuruhnya untuk menjagaku serta jangan pernah menyakitiku. Sebenarnya aku masih sangat mencintainya. Tapi kami tidak ditakdirkan untuk bersama selamanya. Karena sesuatu yang membuatnya terpaksa menikah dengan orang yang tidak dicintainya sama sekali.

Ayahku-lah yang sangat tidak menyukai hubungan kami. Waktu kak Dicky tak bisa menemuiku pada hari Sabtu, ayah menjumpainya dan keluarganya tanpa sepengetahuanku. Ayah memaki-makinya dan memarahi ayahnya. Ayah mengatakan kalau mereka tak pantas. Ayah sangat menghargai statusnya yang lebih tinggi dari ayahnya. Karena sakit hati orangtuanya lalu mencarikan jodoh yang lain untuknya.

Aku pun mengerti keadaan yang harus kuterima. Dan untuk melupakannya ku serahkan kembali semua yang pernah ia berikan padaku termasuk puisi-puisinya. Itulah mengapa istrinya heran dan bertanya kepadaku hadiah apa yang telah kuberikan kepadanya sehingga istrinya tidak boleh membukanya. Lalu masalah itu kuselesaikan dengan segera. Kutemui ia lalu menyuruhnya untuk memperlihatkan hadiah dariku pada istrinya.

“Untuk apa disembunyikan, lihatkanlah hadiah itu pada istri kakak biar dia tenang, adek gak mau ada masalah lagi di antara kita.” Dengan berat hati ia perlihatkan sebuah kotak musik, kalung dan sebagainya pada istrinya.
Semenjak itu aku jarang bertemu dengannya, tapi kami masih berkomunikasi seperti biasa dalam jarak jauh, hingga sekarang.

Cerpen Cinta Pertama: Norita Antika,
Siswa kelas XII IPA 1
MAN 2 Model Pekanbaru

cerpen remaja berjudul Aku yang Salah

Aku yang Salah


cerpen-cinta-remajaDia memang orang yang tertutup, bahkan sangat tertutup, tetapi aku bisa sedikit masuk lewat pintu hatinya yang sedikit renggang. Walau susah akhirnya dia mau menceritakan masalahnya kepadaku, dan meminta aku merahasiakan hal itu.
“Kamu malu ya?” tanyaku waktu itu.

“Tidak. Aku tidak malu, aku cuma tidak mau dikasihani orang lain dan diberi perhatian khusus, aku ingin biasa saja.” Jawabnya dengan wajah tak bergeming. “Aku masih bisa hidup walau bagaimanapun caranya.”

“Iya, tenang aja aku pasti menyimpan rahasia ini.” Aku mencoba untuk mengerti dia.
“Terima kasih, Wit,” katanya lagi. Aku hanya mengangguk. “Tapi kenapa kamu sering tidak masuk sekolah?”
“Aku tidak semangat ke sekolah.”

“Tidak semangat? Seharusnya kamu itu semangat ke sekolah. Siapa tahu kekosonganmu akan terisi dengan adanya kegiatan-kegiatan di sekolah.”

“Entahlah.” Dia melenguh. Tidak ada yang bicara lagi. Bel tanda waktu istirahat selesai berbunyi. Semua kembali ke kelas. Aku duduk di tempat dudukku.

***

Tak terasa sudah enam bulan aku duduk di kelas XII, waktu pembagian rapor pun tiba. Tapi satu orang yang tidak datang mengambil rapor, yaitu Ruli. Apa anak itu masih natalan? Pikirku. Padahal aku sudah memberi tahu dia bahwa hari ini pembagian rapor.Ternyata dia tidak juga datang.

“Le, Ruli ke mana sih?” Tanyaku kepada Sule setelah selesai pembagian rapor.
“Nggak tau, sejak dua hari kebelakangan ‘ni HP-nya tidak aktif. Aku takut terjadi apa-apa aja sama dia.”
“Maksud kamu?”

“Iyalah, kemaren katanya dia sakit, jadi takut aja ada apa-apa.”
Aku tidak menjawab lagi, pikiranku hanyut entah ke mana. Ada apa lagi dengan Ruli? Apa dia baik-baik saja? Di mana dia sekarang? Apakah dia sudah pulang dari rumah neneknya? Berbagai pertanyaan berlomba-lomba masuk ke benak ku. Sayangnya, satu pun tidak terjawab. Pikiranku berkecamuk.

Libur semester ganjil telah usai. Semua siswa kembali ke sekolah. Ada dengan wajah gembira, ada juga dengan wajah kusut, mungkin belum puas mengokol di tempat tidur. Sedangkan aku sangat senang kembali ke sekolah apalagi hari senin ini kami akan diberi sarapan pagi yang enak, sarapan Fisika. Mata pelajaran yang sangat aku sukai di kelas XII, dan aku ingin sekali bertemu dengan Ruli, ingin tahu keadaannya. Dan ingin melihat keceriaan sebenar di wajahnya bukan kepura-puraan yang selalu disebarkannya.

Tetapi hari ini masih juga belum aku temukan sesosok Ruli di dalam kelas. Mataku liar memandang seluruh penjuru sekolah, tidak juga kutemukan. Dia memang tak datang lagi. Sudah dua minggu berlalu, Ruli belum juga tampak.

“Le, tahu nggak di mana Ruli? Sudah dua minggu belum masuk juga. Biasanyakan kamu selalu sms-an ma dia.”
“Tidak. Udah lama aku tidak menghubungi dia. Kamu ke-napa sih, Wit, nanya Ruli mulu?”

“Nggak apa-apa sih, aku ‘kan sekretaris, jadi aku harus tahu keterangan setiap siswa yang tidak hadir.” Ja-wabku sekenanya.
Ada keraguan di wajah Sule. Aku tak peduli. Jam pelajaran ke empat telah berlangsung selama satu jam pelajaran, Kepsek masuk ke kelas kami. Semua diam. Kepsek yang satu ini memang ditakuti semua siswa, tapi tidak untukku. Aku hanya segan kepadanya.
“Ruli sudah masuk?” tanyanya tegas.
“Belum, Buk!” Jawab kami serentak.

“Ke mana dia?”
Aku mengacungkan tangan agar tidak terjadi kekecohan. Kepsek memandang ke arahku meminta jawaban.
“Tidak tahu, Buk, karena dia tidak tinggal di rumahnya.” Ja-wabku.
“Orang tuanya?”
“Katanya mereka sudah berpisah dan tidak tinggal bersama lagi.”
“Pendidikan itu penting untuk masa depan, jadi jangan menyia-nyiakan pendidikan selama ada kesempatan.” Nasehatnya kepada kami. Dia pun berlalu. Ica dan Rozal memandangku dengan tatapan tajam.
“Kenapa?” Tanyaku heran.

“Mengapa kamu membuka rahasia Ruli?” Tanya Rozal. “Kalau dia tahu kami pun akan dipersalahkannya.” Sambungnya.
Lama aku berfikir rahasia mana yang aku buka,baru aku ingat dengan perkataanku kepada Kepsek tadi, “berpisah.”
“Ya Tuhan, aku lupa. Sumpah! aku tak sengaja dan sama sekali tidak berniat membuka hal itu. Maafkan aku, sungguh aku tak sengaja.” Kataku menyesal. Selain aku, Ica dan Rozal juga tahu masalah Ruli.

“Kenapa kamu minta maaf kepada kami, minta maaflah kepada Ruli.” Kata Rozal.
Mulai saat itu hatiku sungguh resah, rasa bersalah terus menghantui. Mau minta maaf, aku tidak tahu Ruli ada di mana sekarang. Aku takut dia membenci aku. Aku tak mau menambah satu orang lagi yang membenci aku, seperti Yuda dan Resa. Sudah banyak kali aku SMS Ruli tapi tidak ada balasan. Perasaan bersalah ini benar-benar mendera.

***

Langkahnya gontai, menunduk, terkeseng-keseng. Sudah dua minggu dia tidak muncul, baru sekarang menampakkan hidungnya. Mungkin anginnya mulai membaik. Dia langsung menuju tempat duduknya di ujung sudut kelas. Masih menunduk. Entah apa dalam pikirannya, semua tidak tahu. Memang orang lain tak peduli dengannya, mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Hanya aku dan Sule yang selalu bertanya keadaannya. Sebenarnya dari pertama aku melihat Ruli di rumah temanku, aku sudah mulai ingin tahu tentangnya. Apa yang menarik tentangnya aku tak tahu, yang aku tahu dia tengah sendiri. Dan aku telah menghancurkan kepercayaan yang diberikannya.

Tiga hari telah berlalu perasaan takutku masih mencengkam, terus mengalahkan keberanianku untuk berbicara langsung dengan Ruli. Menjelaskan semua tapi untuk bertemu dengannya saja aku takut, takut sekali. Apalagi sejak dia masuk ke sekolah tidak pernah sekalipun dia menegur bahkan melihatku. Sampai guru Bahasa Indonesia masuk ke kelas.

“Hari ini Bapak ingin kalian semua untuk menulis pengalaman masing-masing.” Pak Santoso membuka pertemuan kali ini. “Tapi Bapak mau satu orang ke depan untuk menceritakan pengalamannya.”

Hening. Semua bungkam. Tidak ada yang bersuara. Kelas yang aku duduki sekarang memang seperti itu, bila disuruh bicara dia diam tapi bila disuruh diam dia bicara. Sungguh memuakkan. Aku mengangkat tangan.

“Baiklah, Wita maju ke depan.” Aku melangkah ke depan kelas. Ada rasa gentar juga ditatapi oleh tiga puluh pasang mata.
“Ayahku meninggal dunia ketika aku masiah terlalu kecil,” kataku mengawali cerita. Tidak ada yang bersuara. Ruli tidak melihat ke arahku, dia masih menunduk.

“Ibu yang telah membesarkan kami anak-anaknya. Ketika aku di SD aku tidak pernah merasakan yanng namanya seragam baru. Semua bekas. Aku tidak pernah mengeluh, yang penting aku bisa sekolah. Di SMP aku membiayai sekolahkku sendiri dengan bantuan beasiswa untuk siswa yang berprestasi. Begitu juga di SMA. Aku selalu ditinggal sendiri di rumah, ibu dan kakak sering pergi. Ibu selalu berkata bahwa aku memang dibiarkan belajar hidup mandiri. Walaupun aku tidak makan, tapi aku harus sekolah. Itulah yang selama ini aku pertahankan. Masalah? Memang harus dimiliki oleh setiap insan agar bisa mengembang pola pikir kita. Kalau masalah keluarga, aku rasa keluargaku yang paling parah, kecoh. Setiap hari pasti ada pertengkaran, adu mulut, menangis. Sepertinya bagi mereka tiada hari tanpa bertengkar. Kadang aku berpikir untuk pergi dari rumah dan kota ini. Tapi ketika aku berpikir ulang, kalau aku pergi maka sekolahku akan terbengkalai, dan perjalananku sejauh ini akan sia-sia. Makanya aku masih bertahan sampai detik ini.”

Aku menutup cerita. Aku kembali ke bangku. Sebenarnya aku ingin Ruli sadar bahwa hidup ini memang susah, tapi harus dihadapi dan dijalani, karena di setiap langkah kita selalu disirami dengan kasih sayang yang abadi yaitu kasih sayang Tuhan. Bagi aku, kenyataan itu pengajaran. Belajar menghadapi kenyataan berarti belajar menikmati kehidupan. Kalau bagi orang lain hanya dua kata yang ingin aku ucapkan, “pata nehi.”***

——————————————————

Cerpen Cinta? oleh:
Lidya A. Tina,
Siswi Kelas XII IPA 4
SMAN 3 Bengkalis

RESEP MASAKAN BASO AYAM UDANG GORENG

RESEP MASAKAN BASO AYAM UDANG GORENG


Bahan:

150 gr ayam cincang

100 gr udang, bersihkan, cincang halus

1 batang daun bawang, iris halus

3 siung bawang putih, cincang halus

1 sendok the minyak wijen

3 sendok makan tepung tapioca

1 butir telur, kocok lepas

1 sendok makan kecap ikan

Merica dan garam secukupnya

Minyak goreng secukupnya


Cara Membuat Resep Masakan Baso Goreng Jawa:

  1. Campur dan aduk jadi satu ayam cincang, udang cincang, daun bawang, bawang putih cincang, minyak wijien, tepung tapioca, telur, kecap ikan , merica dan garam secukupnya
  2. Ambil adonan secukupnya dan letakkan ditangan. Tekan dan keluarkan adonan dari lubang ibu jari. Ambil adonan tersebut dengan sendok basah dan dan bentuk bulat, goreng dengan api kecil dalam minyak panas secukupnya hingga kuning keemasan dan matang . Hidangkan

RESEP MASAKAN NASI BAKAR BAWANG

RESEP MASAKAN NASI BAKAR BAWANG


Bahan:

300 gr beras, cuci bersih

800 ml

1 sdm minyak goreng

1 sdt minyak wijen

2 siung bawang putih, cincang halus

¼ buah bawang bombay, cincang halus

1 sdt kulit jeruk purut

3 lembar daun jeruk

100 gr ayam giling

Garam secukupnya

1 batang daun bawang, iris serong tipis


Cara Membuat Resep Masakan Nasi Bakar Bawang:

1. Masukkan beras, air, minyak goreng, minyak wijen, daun jeruk, ayam giling, garam, daun bawang ke dalam rice cooker. Masak hingga matang

2. Siapkan satu lembar daun pisang, beri nasi. Bungkus, semat dengan lidi

3. Buka diatas bara api hingga berwarna kecoklatan . Angkat, sajikan

Hasil 4 porsi

Sabtu, 10 April 2010

Artikel tentang Anemia

Saat Anemia Mengintai Wanita

Ditulis oleh didinkaemMonday, 11 December 2006

Apakah anda pernah memerhatikan iklan-iklan komersial tentang anemia? Hampir setiap iklan memperlihatkan wanita bermuka pucat, tampak lesu, dan kurang bergairah. Dipilihnya wanita sebagai bintang iklan obat anemia bukan tanpa alasan. Iklan tersebut ingin mengangkat fakta bahwa kaum wanita lebih sering mengalami anemia.

ANEMIA terjadi ketika kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal. Batas kadar normal untuk wanita sekira 12 gr persen dan pria 14 gr%. Hemoglobin terdapat dalam sel darah merah dan bertugas membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh. Oleh karena itu, berkurangnya hemoglobin akan mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen. Tidak terpenuhinya kebutuhan oksigen menimbulkan gejala-gejala seperti lesu, mudah letih, kulit pucat, pusing, bahkan sakit kepala.

Karena hemoblogin terdapat dalam sel darah merah, setiap gangguan pembentukan sel darah merah, baik ukuran maupun jumlahnya, dapat menyebabkan terjadinya anemia. Gangguan tersebut dapat terjadi di “pabrik” pembuatan sel darah merah (sumsum tulang) maupun gangguan karena kekurangan komponen penting seperti zat besi, asam folat, maupun vitamin B12. Anemia yang paling banyak terjadi (terutama pada wanita) adalah anemia akibat kekurangan zat besi. Sedangkan anemia-anemia lainnya (anemia karena kekurangan asam folat, vitamin B12, atau karena keganasan) terjadi pada wanita maupun pria dengan proporsi yang kurang lebih sama.

Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin. Oleh sebab itu, ketika tubuh kekurangan zat besi, produksi hemoglobin pun akan menurun. Meskipun demikian, penurunan hemoglobin sebetulnya baru akan terjadi jika cadangan zat besi (Fe) dalam tubuh sudah benar-benar habis. Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa disebabkan banyak hal. Kekurangan zat besi pada bayi mungkin disebabkan prematuritas, atau bayi tersebut lahir dari seorang ibu yang menderita kekurangan zat besi. Pada anak-anak, mungkin disebabkan oleh asupan makanan yang kurang mengandung zat besi. Sedangkan pada orang dewasa kekurangan zat besi pada prinsipnya hampir selalu disebabkan oleh perdarahan menahun atau berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh.
Perempuan lebih berisiko

Faktor risiko terjadinya anemia kekurangan zat besi memang lebih banyak pada perempuan dibandingkan dengan kaum pria. Cadangan besi dalam tubuh perempuan lebih sedikit daripada pria, sedangkan kebutuhan per harinya justru lebih tinggi. Setiap harinya seorang wanita akan kehilangan sekira 1-2 mg zat besi melalui ekskresi secara normal. Pada saat haid, kehilangan zat besi bisa bertambah hingga 1 mg lagi.

Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat saat hamil dan melahirkan. Ketika hamil, seorang ibu tidak saja dituntut memenuhi kebutuhan zat besi untuk dirinya, tetapi juga harus memenuhi kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janinnya. Selain itu, perdarahan saat melahirkan juga dapat menyebabkan seorang ibu kehilangan lebih banyak lagi zat besi. Karena alasan tersebut, setiap ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi suplemen zat besi.

Faktor lain yang menyebabkan wanita rentan mengalami anemia adalah pola makan. Dengan alasan takut gemuk, terkadang wanita melakukan diet secara membabi buta. Para wanita cenderung makan dalam jumlah yang kurang dan tidak mau mengonsumsi daging. Tanpa disadari, diet yang belum tentu membuat berat badan turun itu justru dapat menyebabkan kurangnya asupan zat besi dari makanan.

Mencegah anemia kekurangan zat besi tentunya harus dilakukan dengan mencukupi kebutuhannya. Sudah sejak lama Pierre Blaud (1831) menemukan bahwa FeSO4 dan K2CO3 dapat memperbaiki anemia akibat kekurangan zat besi. Tetapi sebenarnya berabad-abad sebelum Masehi, bangsa Yunani dan India telah menggunakan bahan-bahan yang mengandung zat besi untuk mendapatkan tentara yang kuat. Caranya, mereka merendam pedang-pedang tua dan meminum airnya.

Untunglah saat ini kita tidak perlu meminum air rendaman besi tua untuk memenuhi kebutuhan zat besi. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memerhatikan asupan makanan. Sedapat mungkin cukupilah kebutuhan zat besi dari sumber alami. Beberapa makanan seperti hati, jantung, kuning telur, kerang, ragi, kacang-kacangan, dan buah-buahan kering tertentu mengandung zat besi dalam kadar cukup tinggi. Zat besi dalam jumlah sedang bisa diperoleh dari daging, ikan, unggas, sayuran berwarna hijau dan biji-bijian.
Sumber zat besi dari hewani akan diserap lebih baik oleh tubuh daripada yang berasal dari nabati. Penyerapan zat besi dapat dibantu dengan mengonsumsi vitamin C, misalnya meminum jus jeruk, jus tomat, jus stroberi, buah-buahan, dan sayuran lainnya. Sebaliknya, tanin yang terdapat dalam teh dan kopi dapat menghambat penyerapannya.

Dalam beberapa kasus, penanganan anemia kekurangan zat besi mungkin memerlukan suplemen zat besi (tablet Fe). Namun, konsumsi suplemen zat besi sebaiknya dilakukan secara hati-hati. Harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan, karena asupan zat besi secara berlebihan pun tidak baik, bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Saat meminum suplemen zat besi, kadang timbul mual, nyeri lambung, konstipasi, maupun diare sebagai efek sampingnya. Keluhan-keluhan tersebut biasanya ringan. Untuk mengatasinya mulailah dengan setengah dosis, kemudian tingkatkan secara perlahan-lahan sampai mencapai dosis yang dianjurkan. Sebaiknya suplemen zat besi dikonsumsi saat makan. Tidak disarankan meminum antasida untuk mengurangi keluhan mual dan nyeri lambung yang timbul, karena antasida akan menghambat penyerapan zat besi.

Kalsium vs Fe

Salah satu tren wanita saat ini adalah mengonsumsi suplemen kalsium atau susu tinggi kalsium maupun berbagai makanan yang ditambahkan kalsium. Sayangnya, penyerapan zat besi akan terganggu jika dikonsumsi bersamaan dengan kalsium. Oleh karena itu, disarankan kedua suplemen tersebut dikonsumsi dengan jarak waktu sekira 1,5 – 2 jam. Hindari pula meminum suplemen zat besi dengan sumber kalsium, misalnya yoghurt dan susu.
Jika Anda meminum multivitamin, perlu dicermati apakah di dalamnya terkandung zat besi dan kalsium. Mungkin kita tidak akan mendapatkan zat besi dalam jumlah yang diharapkan dengan mengonsumsi multivitamin tersebut. Agar lebih aman dan tidak membingungkan, sebelum mengonsumsi suplemen yang mengandung zat besi ataupun kalsium sebaiknya berkonsultasilah terlebih dahulu dengan dokter.
Konsultasi dengan dokter akan membantu Anda memahami bahwa anemia hanyalah sebuah gejala dan menemukan penyebabnya adalah langkah penting dalam penanganan anemia.

Misalnya, pada penderita anemia kekurangan zat besi perlu dicari sumber-sumber perdarahan, mulai dari saluran cerna hingga saluran genital. Dengan demikian, diharapkan penatalaksanaan anemia akan lebih komprehensif dan tepat sasaran. (Pikiran Rakyat — Ginna Megawati, dokter, bertugas di RSU Pindad Bandung)

pantun lucu dan jenaka

Disana gunung, disini gunung,
Ditengah-tengah bunga melati
Saya bingung kamu pun bingung
Kenapa ada bunga melati


Anak ayam turun ke bumi
Induk ayam naik kelangit
Anak ayam nyari kelangit
Induk ayam nyungsep ke bumi

Nyanyian Sukma

Nyanyian SukmaDi dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata;sebuah laguyang bernafas di dalam benih hatiku,Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ;ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya,dan mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh bibirku.Betapa dapat aku mendesahkannya?Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fanaKepada siapa aku akan menyanyikannya?Dia tersimpan dalam relung sukmakuKerna aku risau, dia akan terhempasDi telinga pendengaran yang keras.Pabila kutatap penglihatan batinkuNampak di dalamnya bayangan dari bayangannya,Dan pabila kusentuh hujung jemarikuTerasa getaran kehadirannya.Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya,Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan.Air mataku menandai senduBagai titik-titik embun syahduYang membongkarkan rahsia mawar layu.Lagu itu digubah oleh renungan,Dan dikumandangkan oleh kesunyian,Dan disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh kebenaran,Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,Dan difahami oleh cinta,Dan disembunyikan oleh kesedaran siangDan dinyanyikan oleh sukma malam.Lagu itu lagu kasih-sayang,Gerangan ‘Cain’ atau ‘Esau’ manakahYang mampu membawakannya berkumandang?Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati:Suara manakah yang dapat menangkapnya?Kidung itu tersembunyi bagai rahsia perawan suci,Getar nada mana yang mampu menggoyahnya?Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam?Siapa yang berani membandingkan deru alam, Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian?Siapa berani memecah sunyiDan lantang menuturkan bisikan sanubariYang hanya terungkap oleh hati?Insan mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan?(Dari Kahlil Gibran - ‘Dam’ah Wa Ibtisamah’ -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)

Selasa, 06 April 2010

tugas kelompok bahasa

Kelompok 1
1.Anggraini.Afandi
2.Deny. Priyadi
3.Galvani.Riski.A
4.Kresna.Dwi.Saputra
5.Resty.Yunita
6.Sepdila.Rusmio
7.Septian.WT


Penalaran


adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk suatu proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.

Penalaran Deduktif

adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Contoh : yaitu sebuah sistem generalisasi.

Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,
DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,

Generalisasi : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.

Penalaran Induktif

adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.

Contoh : Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial

Korelasi Penalaran Deduktif dan Induktif

kedua penalaran tersebut seolah-olah merupakan cara berpikir yang berbeda dan terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat dari teori atau berangkat dari fakta empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Kalau kita berbicara teori sebenarnya kita sedang mengandaikan fakta dan kalau berbicara fakta maka kita sedang mengandaikan teori.

Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu ujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika. Upaya menemukan kebenaran dengan cara memadukan penalaran deduktif dengan penalaran induktif tersebut melahirkan penalaran yang disebut dengan reflective thinking atau berpikir refleksi.

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.

* Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
* Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.